AUDIT
SIKLUS INVESTASI DAN PEMBELANJAAN
Kelompok
4
Nama Anggota:
Made
Puspita Christanti 1215351152
Meli
Yuliana 1215351162
A.A
Putu Nandya Indah Pratami 1215351177
Ni
Ketut Riski Agustini 1215351178
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
PROGRAM
EKSTENSI 2014
SIFAT SIKLUS INVESTASI DAN PEMBELANJAAN
Aktivitas investasi (investing activities) adalah pembelian dan penjualan
tanah, bangunan, peralatan serta aktiva lain yang umumnya tidak ditahan untuk
dijual kembali. Di samping itu, aktivitas investasi juga mencakup pembelian dan
penjualan instrument keuangan yang tidak dimaksudkan untuk tujuan perdagangan.
Suatu entitas mengakuisisi aktiva-aktiva ini karena aktiva itu diperlukan untuk
mendukung operasi dan proses intinya.
Langkah pertama dalam mengaudit
aktivitas investasi meliputi pemahaman atas aktiva yang diperlukan untuk
mendukung operasi entitas bersangkutan (misalnya mesin, peralatan, fasilitas,
tanah atau sumber daya alam) dan tingkat pengembalian yang diharapkan
perusahaan akan dicapai dari aktiva yang mendasarinya. Langkah kedua dalam
mengaudit investasi meliputi penentuan aktiva apa yang diakuisisi selama
periode berjalan. Biasanya pertumbuhan aktiva tetap harus memperlihatkan
hubungan yang konsisten dengan pertumbuhan pendapatan. Aktiva jangka panjang
biasanya cukup stabil bagi kebanyakan entitas. Dengan kata lain, sebagian besar
aktiva tetap yang ada pada akhir tahun juga ada pada awal tahun. Karenanya,
auditor sering memusatkan strategi audit pada audit perubahan aktiva jangka
panjang, bukan pada keseluruhan populasi aktiva jangka panjang.
Aktivitas Pembelanjaan (financing activities) mencakup transaksi dan peristiwa
dimana kas diperoleh dari atau dibayarkan kembali kepada kreditor (pembelanjaan
dengan utang) atau pemilik (pembelanjaan dengan ekuitas). Aktivitas
pembelanjaan dapat meliputi, misalnya, mendapatkan pinjaman, lease modal,
menerbitkan obligasi, atau menerbitkan saham preferen atau saham biasa.
Aktivitas pembelanjaan juga akan mencakup pembayaran untuk melunasi utang,
mengakuisisi kembali saham (treasury stock), dan membayar dividen.
SIKLUS INVESTASI
1. TUJUAN AUDIT
Tujuan
audit spesifik untuk audit atas aktiva tetap dalam siklus investasi. Tujuan-tujuan
ini merupakan hal yang utama bagi siklus ini dalam kebanyakan audit. Setiap
tujuan diambil dari asersi-asersi manajemen implisit atau eksplisit tentang
transaksi-transaksi siklus investasi yang berkaitan dengan aktiva jangka
panjang.
2. PERTIMBANGAN DALAM PERENCANAAN
AUDIT
a.
Materialitas
Pertimbangan utama dalam
mengevaluasi alokasi materialitas ini adalah penentuan besarnya salah saji yang
akan mempengaruhi keputusan seorang pemakai laporan keuangan yang layak.
Pertimbangan kedua adalah hubungannya dengan biaya untuk mendeteksi kesalahan.
b.
Risiko
Bawaan
Risiko bawaan (inherent risk) yang berkaitan dengan asersi eksistensi/keberadaan
seringkali rendah karena aktiva tetap tidak mudah dicuri. Risiko bawaan akan
keberadaan dapat meningkat sampai ke tingkat sedang atau tinggi karena potensi
bahwa aktiva dibesituakan atau tidak digunakan lagi, mungkin tidak dihapuskan.
Asersi kelengkapan dapat mencapai tingkat sedang sampai tinggi dalam kasus
aktiva-aktiva konstruksi, atau lease modal yang mungkin dicatat sebagai lease
operasi Karena kerumitan akuntansi untuk lease. Tergantung pada industri dan
tingkat kesulitan yang berkaitan dengan estimasi umur manfaat dan nilai sisa
serta kerumitan metode penyusutan, risiko inheren yang menyangkut asersi
penilaian mungkin dinilai sedang atau tinggi berkaitan dengan estimasi
akuntansi dalam hubungannya dengan estimasi beban penyusutan.
c.
Risiko
Prosedur Analitis
Prosedur analitis bersifat efektif
dari segi biaya dan hal itu dapat membantu auditor dalam mengevaluasi
kelayakan laporan keuangan. Aktiva tetap secara relative harus stabil, dan
akibatnya, prosedur analitis dapat memberikan keyakinan tentang kewajaran
penyajian laporan keuangan.
d.
Risiko
Pengendalian
Transaksi yang secara individu
bersifat material, seperti akuisisi tanah atau bangunan, atau pengeluaran modal
yang besar, biasanya merupakan pokok dari pengendalian terpisah yang mencakup
anggaran modal dan otorisasi oleh dewan komisaris. Akibatnya, risiko
pengendalian mungkin rendah untuk asersi keberadaan atau keterjadian.
Pengendalian yang berkaitan dengan asersi penilaian mencakup pengendalian atas
estimasi akuntansi menyangkut beban penyusutan.
3. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO
AKTIVA TETAP
a.
Menentukan
Risiko Deteksi
Pengujian substantif yang dilakukan
oleh auditor akan jauh lebih ekstensif dalam audit pertama atas seorang klien
dibandingkan dengan penugasan yang berulang. Dalam audit pertama, harus
diperoleh bukti tentang ketepatan saldo awal akun dan kepemilikan aktiva
bersangkutan. Seringkali risiko terbesar yang berkaitan dengan penugasan
pertama meliputi informasi audit tentang saldo-saldo awal, yang mungkin memerlukan
transaksi audit yang banyak terjadi dalam tahun-tahun sebelumnya.
Dalam penugasan yang berulang,
auditor akan memusatkan perhatian pada transaksi tahun berjalan. Ketika
menentukan risiko deteksi, auditor harus mempertimbangkan sejauh mana klien mempunyai
aktiva konstruksi, lease modal yang signifikan, dan penambahan serta penarikan
yang signifikan dari aktiva-aktiva itu. Auditor juga perlu mengevaluasi
asumsi-asumsi kunci yang bertalian dengan estimasi akuntansi atas beban
penyusutan. Akhirnya risiko deteksi dalam penugasan yang berulang seringkali
tergantung pada pengendalian internal siklus pengeluaran.
b. Perancangan Pengujian
Substantif
·
Prosedur
Awal
Suatu prosedur awal yang penting
termasuk memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri bersangkutan.
Prosedur ini memberikan sarana untuk mengevaluasi kelayakan bukti yan diperoleh
pada tahap audit berikutnya. Auditor menentukan bahwa saldo buku besar umum
awal untuk akun-akun aktiva tetap telah sesuai dengan kertas kerja periode
sebelumnya. Berikutnya, auditor harus menguji ketepatan matematis dari skedul
penambahan dan pelepasan yang disiapkan klien serta merekonsiliasi totalnya
dengan perubahan saldo buku besar umum terkait untuk aktiva tetap selama
periode berjalan. Selain itu, auditor yang harus menguji skedul-skedul itu
dengan memvouching pos-pos pada skedul tersebut ke ayat jurnal dalam buku
besar, dan menelusuri ayat jurnal buku besar ke skedul bersangkutan untuk
menentukan bahwa penyajian yang akurat atas catatan akuntansi yang disiapkan dari
buku tersebut telah dilakukan.
·
Prosedur
Analitis
Suatu bagian yang penting dari
siklus investasi adalah menentukan bahwa informasi keuangan yang akan diaudit
konsisten dengan ekspektasi auditor. Ketika melaksanakan prosedur analitis,
auditor harus mempertahankan tingkat skeptisme profesional yang layak dan
menyelidiki hasil-hasil yang tidak normal. Jika hasil prosedur analitis
konsisten dengan ekspektasi auditor, maka strategi audit dapat dimodifikasi
untuk mengurangi luas pengujian rincian transaksi dan saldo.
·
Pengujian
Detil Transaksi
Pengujian-pengujian
substantive ini mencakup tiga jenis transaksi yang berkaitan dengan aktiva
tetap: (1) penambahan, (2) pelepasan, dan (3) reparasi serta pemeliharaan.
1) Pencocokan Tambahan Aktiva
Tetap dengan Bukti Pendukung
Semua penambahan yang normal harus
didukung oleh dokumentasi berupa otorisasi dalam notulen rapat, voucher,
faktur, kontrak dan cek-cek yang dibatalkan. Jumlah yang dicatat harus
divouching untuk mendukung dokumentasi (AT1). Vouching atas penambahan memberikan
bukti tentang asersi eksistensi/keberadaan atau keterjadian (existence and occurrence-AT1), hak dan kewajiban (rights and obligations – HK1) dan penilaian atau
alokasi (valuation or allocation – NA2).
2) Pencocokan Penghentian Aktiva
Tetap ke Dokumen Pendukung
Bukti-bukti tentang penjualan,
penarikan, dan tukar-tambah harus tersedia bagi auditor dalam bentuk nota
pembayaran kas, otorisasi tertulis, dan perjanjian penjualan. Dokumentasi
tersebut harus ditelaah secara seksama untuk menentukan ketepatan dan kelayakan
catatan akuntansi, termasuk pengakuan keuntungan atau kerugian, (jika ada).
3) Review Ayat Jurnal atas Biaya
Reparasi dan Pemeliharaan
Tujuan auditor dalam melaksanakan
pengujian ini adalah untuk menentukan kelayakan dan konsistensi pembebanan ke
beban reparasi. Kelayakan meliputi pertimbangan mengenai apakah klien telah
melakukan pembebanan yang tepat antara pengeluaran modal dan pendapatan. Untuk
pos-pos ini, auditor harus memeriksa dokumentasi pendukung, seperti faktur
penjual, pesanan kerja perusahaan, dan otorisasi manajemen guna menentukan
kelayakan beban atau kebutuhan akan ayat jurnal penyesuaian (AT3).
·
Penngujian
Detil-detil Saldo
Tiga prosedur dalam kategori
pengujian substantif ini adalah: (1) menginspeksi aktiva tetap, dan (2) memeriksa
dokumen dan kontrak hak kepemilikan.
1) Inspeksi Aktiva Tetap
Inspeksi aktiva tetap akan
memungkinkan auditor untuk mendapatkan pengetahuan pribadi yang langsung
mengenai eksistensinya. Dalam penugasan yang berulang, inspeksi yang terinci
dapat dibatasi pada pos-pos yang tercantum pada skedul penambahan aktiva tetap.
2) Pemeriksaan Dokumen Pemilikan
dan Kontrak Hak Kepemilikan
Kepemilikan atas kendaraan dapat
ditetapkan dengan memeriksa sertifikat hak (BPKB), sertifikat pendaftaran
(STNK), dan polis asuransi. Untuk peralatan, perabotan, dan furniture, faktur
yang telah dibayar mungkin merupakan bukti terbaik mengenai kepemilikan. Bukti
tentang kepemilikan dalam industri real estate apartemen dapat ditemukan dalam
akte pembelian, polis asuransi pemilikan, tagihan pajak property, tanda terima
pembayaran hipotek dan polis asuransi kebakaran.
·
Pengujian
Rincian Saldo: Estimasi Akuntansi
Dua pengujian yang penting atas
estimasi akuntansi adalah pengujian substantif untuk (1) mereview penyisihan
penyusutan (NA1,2) dan (2) mengevaluasi penurunan nilai aktiva tetap (NA3).
1) Review Besarnya Depresiasi
Dalam pengujian ini, auditor mencari
bukti tentang kelayakan, konsistensi, dan ketepatan beban penyusutan. Penentuan
kelayakan penyisihan penyusutan meliputi pertimbangan atas factor-faktor
seperti (1) sejarah masa lalu klien dalam mengestimasi umur manfaat dan (2)
umur manfaat yang tersisa atas aktiva yang ada.
2) Penurunan Nilai Aktiva Tetap
Auditor harus mengevaluasi apakah
klien telah memperhitungkan secara layak penurunan nilai (impairment) aktiva
tetap apabila terjadi perubahan yang material bagaimana suatu aktiva
digunakan, atau apabila terjadi perubahan yang material dalam lingkungan
bisnis.
·
Perbandingan
Penyajian Di Laporan Dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum
Ketentuan tentang cara penyajian
laporan aktiva tetap dalam keuangan bersifat ekstensif (SU1,2,3). Properti yang
digadaikan sebagai jaminan atas pinjaman harus diungkapkan. Kelayakan
pengungkapan klien yang berkaitan dengan aktiva menurut lease dapat ditentukan
dengan melihat kembali ke pengumuman akuntansi otoritatif dan perjanjian lease
yang berkaitan.
SIKLUS PEMBELANJAAN
Siklus pembelanjaan (financing cycle) mencakup dua kelompok transaksi utama
sebagai berikut:
a) Transaksi utang jangka panjang mencakup peminjaman dari obligasi,
hipotek, wesel, dan utang, serta pembayaran pokok dan bunga yang berkaitan.
b) Transaksi ekuitas pemegang
saham mencakup penerbitan dan penarikan
saham preferen serta saham biasa, transaksi saham treasuri atau treasury stock,
dan pembayaran dividen.
1.
TUJUAN AUDIT
Dibawah
ini menunjukkan daftar sejumlah jutuan khusus untuk rekening-rekening yang
dipengaruhi oleh transaksi-transaksi pembelanjaan. Pertimbangan pertimbangan
serta prosedur-prosedur untuk mencapai tujuan tersebut akan dijelaskan sbb.
Kategori Asersi
|
Tujuan Audit Kelompok Transaksi
|
Tujuan Audit Saldo
Rekening
|
Keberadaan atau keterjadian
|
Transaksi-transaksi biaya bunga
dan transaksi rugi-laba-lainnya yang telah dibukukan mencerminkan pengaruh
dari transaksi dan kejadian utang jangka panjang yang terjadi dalam tahun
yang diperiksa (AT1)
|
Saldo utang jangka panjang dan
pembuku-an mencerminkan utang yang ada pada tanggal neraca (AT2)
Saldo equitas pemegang saham
(modal) dalam pembukuan mencerminkan hak yang ada pada tanggal neraca (AT3)
|
Kelengkapan
|
Semua biaya bunga dan transaksi
pendapatan lain yang berkaitan dengan utang jangka panjang yang terjadi
selama periode yang diperiksa telah dicatat (L1)
|
Saldo-saldo utang jangka panjang
mencerminkan semua utang jangka panjang kepada kreditur per tanggal neraca
(L2)
Saldo equitas pemegang saham
mencerminkan klaim pemilik atas aktiva perusahaan perusahaan (L3)
|
Hak dan kewajiban
|
Semua saldo utang jangka panjang dalam pembukuan mencerminkan
kewajiban perusahaan (HK1)
Saldo equitas pemegang saham
mencerminkan klaim pemilik atas aktiva perusahaan (HK2)
|
|
Penilaian atau pengalokasian
|
Transaksi biaya bunga dan
pendapatan lain yang berkaitan dengan utang jangka panjang telah dinilai
dengan tepat sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum (NA1)
|
Saldo-saldo utang jangka
panjang (NA2) dan ekuitas pemegang
saham (NA3) telah dinilai dengan tepat sesuai dengan prinsip akuntansi
berlaku umum
|
Penyajian dan pengungkapan
|
Transaksi utang jangka panjang dan
ekuitas pemegang saham ( modal ) telah diidentifikasi dan dikelompokkan
dengan benar dalam laporan keuangan (SU1)
|
Saldo-saldo utang jangka panjang
dan ekuitas pemegang saham telah diidentifikasi dan dikelompokkan dengan
tepat dalam laporan keuangan (SU2)
Semua syarat, ketentuan,komitmen,
dan kewajiban yang berkaitan dengan utang jangka panjang telah diungkapkan
dengan memadai ( SU3)
Semua hal yang berkaitan dengan
penerbitan saham seperti nilai pari atau nilai ditetapkan, saham diotorisasi
dan saham ditempatkan, serta jumlah saham yang dibeli kembali, telah diungkapkan
(SU4)
|
2.
PERTIMBANGAN
DALAM PERENCANAAN AUDIT
a.
Materialitas.
Ekuitas
pemegang saham jelas merupakan komponen neraca yang material. Pengaruh
transaksi siklus pembelanjaan terhadap laporan laba rugi juga sangat bervariasi
dalam hal signifikansinya seperti juga pengaruh dividen terhadap laba ditahan.
b.
Risiko
Bawaan.
Risiko
salah saji dalam melaksanakan dan mencatat transaksi siklus pembelanjaan
biasanya rendah. Dalam banyak perusahaan, transaksi ini tidak sering terjadi,
kecuali untuk pembayaran dividend bunga, yang sering ditangani oleh agen-agen
dari luar.
c.
Risiko
Prosedur Analitis.
Prosedur
analitis ini memberikan indikator tentang kebutuhan entitas akan pembelanjaan,
kemampuannya, untuk melunasi utang, dan kelayakan biaya bunga (termasuk baik
beban bunga maupun bunga yang dikapitalisasi).
d.
Risiko
Pengendalian.
Aplikabilitas
komponen pengendalian internal untuk transaksi dan saldo siklus pembelanjaan
serupa dalam banyak hal dengan yang telah diuraikan sebelumnya untuk siklus
investasi.
3.
PENGUJIAN
SUBSTANTIF ATAS SALDO UTANG JANGKA PANJANG
Dari sudut pandang auditing, wesel bayar, hutang hipotek,
dan hutang obligasi mempunyai karakteristik yang serupa. Pada umumnya, bentuk
hutang ini (1) melibatkan perjanjian kontraktual berbunga, (2) memerlukan
persetujuan dari dewan direksi, dan (3) dapat dijamin dengan penggadaian atau
agunan. Untuk akun-akun ini, terdapat masalah yang relatif sedikit dalam
mencapai tujuan audit.
Transaksi hutang jangka panjang ini jarang menimbulkan pisah
batas akhir tahun. Jadi, pengujian substantif atas saldo hutang jangka panjang
dapat dilaksanakan baik sebelum maupun sesudah tanggal neraca.
a.
Penentuan
Risiko Deteksi
Berhubung
sifat dan volume transaksi pada kebanyakan jenis utang jangka panjang sangat
jarang, maka risiko inheren seringkali rendah untuk semua asersi saldo akun
yang berkaitan kecuali kelengkapan dan penilaian atau alokasi. Risiko inheren
untuk asersi ini mungkin berada pada tingkat sedang atau tinggi karena
kerumitan yang terlibat dalam menghitung amortisasi diskonto atau premi
obligasi. Berdasarkan pertimbangan faktor-faktor ini dan setiap penilaian
risiko pengendalian yang relevan, tingkat risiko deteksi yang tepat dapat
ditentukan untuk setiap asersi signifikan yang berkaitan dengan saldo hutang
jangka panjang.
b.
Merancang
Pengujian Substantif
Dari
pengujian yang mungkin dilakukan ini, auditor merancang program audit untuk
memenuhi tingkat risiko deteksi yang dapat diterima atas setiap asersi. Auditor
mengandalkan terutama pada (1) komunikasi langsung dengan sumber independen
dari luar, (2) penelaahan dokumentasi, dan (3) perhitungan kembali untuk
mendapatkan bukti kompeten yang mencakupi mengenai asersi yang bersangkutan
dengan saldo hutang jangka panjang.
·
Prosedur-prosedur
Awal
Di
sini penting untuk mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan industrinya,
menentukan kebutuhan entitas akan pembelanjaan eksternal, dan kemampuan untuk melunasi
hutang. Karena pembelanjaan begitu jelas berkaitan dengan aktivitas investasi,
maka auditor dapat melaksanakan prosedur-prosedur tersebut secara serentak.
Karena
ada kemungkinan pengujian substantif dapat dilakukan atas masing-masing daftar
yang dibuat sebelumnya, maka prosedur ini berkaitan dengan komponen ketepatan
matematis dan klerikal dari asersi penilaian atau alokasi, serta dilaksanakan
dengan menggunakan skedul hutang jangka panjang sebagai dasar untuk pengujian
substantif tambahan.
·
Prosedur
Analitis
Suatu bagian penting dari audit atas
hutang jangka panjang adalah menentukan bahwa informasi keuangan yang akan
diaudit konsisten dengan harapan auditor. Auditor juga harus mengevaluasi
pengungkapan mengenai jatuh tempo hutang dan perjanjian utang. Sebagai bagian
dari tanggung jawab auditor atas evaluasi mengenai apakah suatu entitas dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya, auditor akan mengevaluasi kemampuan
entitas itu untuk menghasilkan arus kas yang mencukupi guna memenuhi komitmen
yang berkaitan dengan beban bunga (termasuk bunga yang dikapitalisasi), jatuh
tempo hutang, dan perjanjian hutang. Ketika melaksanakan prosedur analitis,
auditor harus mempertahankan tingkat skeptisisme profesional yang tepat dan
menyelidiki hasil-hasil yang abnormal.
·
Pengujian
Detil Transaksi
Untuk
obligasi, auditor harus mendapatkan bukti tentang nilai nominal dan hasil
bersih obligasi itu pada tanggal penerbitan. Penerbitan instrumen hutang ini
harus ditelusuri ke penerimaan kas sebagaimana yang dibuktikan oleh surat
kiriman uang dari pialang. Pembayaran pokok hutang jangka panjang dapat
diverifikasi dengan memeriksa voucher dan cek-cek yang dibatalkan; sementara
pembayaran penuh dapat divalidasi dengan memeriksa wesel yang dibatalkan atau
sertifikat obligasi. Bukti-bukti tentang transaksi semacam itu dapat tersedia
dalam bentuk sertifikat obligasi yang dibatalkan dan penerbitan sertifikat
saham yang berkaitan.
Apabila
bunga obligasi dibayar oleh agen independen, maka auditor harus memeriksa
laporan agen tentang pembayaran tersebut. Vouching atas ayat jurnal yang
dicatat tidak akan mengungkapkan hutang jangka panjang yang belum tercatat.
·
Pengujian
Detil-detil Saldo
Ada tiga pengujian substantif dalam
kategori ini: (1) menilai otorisasi dan kontrak atas hutang jangka panjang, (2)
mengkonfirmasi hutang dengan pemberi pinjaman dan perwalian obligasi, serta (3)
menghitung kembali beban bunga.
·
Pembandingan
Penyajian Di Laporan Dengan Prinsip Akuntansi Yang Berlaku Umum
Dalam
penelitian ketepatan penggolongan dan pengungkapan utang jangka panjang yang
dibuat klien, auditor harus memahami standar akuntansi keuangan (SAK). Pengujian terdahulu yang memeriksa
kontrak utang dan mengkonfirmasi hutang memberikan data tentang klien untuk
digunakan dalam perbandingan. Pengujian ini berkaitan dengan asersi penyajian
dan pengungkapan.
4.
PENGUJIAN
SUBSTANTIF ATAS SALDO EKUITAS PEMEGANG SAHAM (MODAL)
Seperti
dalam kasus hutang jangka panjang, pengujian atas saldo ekuitas pemegang saham
dapat dilakukan sebelum atau sesudah tanggal neraca. Untuk saldo-saldo ini,
asersi penilaian atau alokasi dan penyajian atau pengungkapan adalah
mempertahankan perbedaan antara modal disetor dan laba ditahan.
a. Menentukan Risiko Deteksi
Penilaian risiko inheren untuk
asersi-asersi yang berkenaan dengan saldo ekuitas pemegang saham tergantung
pada sifat dan frekuensi transaksi yang mempengaruhi akun-akun bersangkutan.
Transaksi saham yang bersifat rutin dalam perusahaan terbuka sering ditangani
oleh register dan agen transfer. Dalam kasus tersebut, baik penilaian risioko
inheren maupun pengendalian untuk asersi saldo akun yang dipengaruhi oleh
transaksi tersebut mungkin rendah. Penilaian risiko inheren dan pengendalian
mungkin lebih tingg jika ada transaksi non-rutin yang melibatkan penerbitan
saham dalam akuisisi, sekuritas konvertibel, atau opsi saham.
b. Merancang Pengujian Substantif
Suatu daftar pengujian substantif
yang mungkin dilakukan atas saldo ekuitas pemegang saham dan tujuan audit
spesifik yang berkaitan dengan setiap pengujian.
·
Prosedur-prosedur
Awal
Auditor harus mendapatkan pemahaman
tentang bisnis dan industri serta menentukan (1) kebutuhan entitas akan pembelanjaan
eksternal dan (2) manfaat menggunakan pembelanjaan dengan ekuitas guna
mendukung pertumbuhan entitas itu. Pembelanjaan dengan ekuitas dapat digunakan
baik untuk mendukung aktivitas investasi, atau pun untuk mendukung investasi
yang diperlukan dalam modal kerja (yakni, pertumbuhan persediaan dan piutang
yang diperlukan untuk mengembangkan entitas itu).
·
Prosedur
Analitis
Hubungan keuangan yan dinyatakan
dalam rasio-rasio ini dapat bermanfaat untuk mengevaluasi kelayakan saldo-saldo
ekuitas pemegang saham. Bukti yang diperoleh dari prosedur analitis ini
berkaitan dengan asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan penilaian
atau alokasi.
·
Pengujian
Detil Transaksi
Kategori pengujian ini mencakup
vouching ayat jurnal dalam akun modal disetor dan laba ditahan: (1) vouching ayat
jurnal ke akun modal disetor, dan (2) vouching ayat juranl ke laba ditahan.
1) Pencocokan
Ayat-Ayat jurnal ke Rekening Modal Saham Disetor dengan Dokumen Pendukung
Setiap perubahan dalam rekening
modal saham harus dicocokkan ke dokumen pendukungnya. Untuk penerbitan saham
baru, auditor bisa memeriksa bukti penerimaan kas dari hasil penerbitan saham
tersebut. Apabila untuk penerbitan saham ini perusahaan menerima aktiva dalam
bentuk lain (bentuk kas), maka auditor harus memeriksa dengan seksama dasar
penilaian yang digunakan seperti nilai pasar yang digunakan untuk saham yang
diberikan atau untuk aktiva yang diterima. Untuk saham yang diterbitkan, harga
pasar saham bisa digunakan sebagai dasar penilaian; sedangkan untuk nilai
aktiva yang diterima bisa dinilai berdasarkan harga wajar aktiva tersebut.
2) Pencocokan
Ayat-Ayat Jurnal ke Rekening Laba Ditahan dengan Dokumen Pendukung
Setiap ayat jurnal ke rekening laba
ditahan kecuali posting laba bersih (rugi bersih) harus dicocokkan ke dokumen
pendukungnya. Jurnal untuk mencatat pengumuman dividen dan penyisihan laba
ditahan harus ditelusur ke buku notulen rapat. Pencocokan ke dokumen
dimaksudkan agar auditor dapat menetapkan apakah: (1) Pemisahan yang tepat
telah dilakukan antara modal saham disetor dengan laba ditahan, dan (2)
ketentuan-ketentuan hukum serta perjanjian telah dipenuhi. Selain untuk asersi
penilaian atau pengalokasian, pengujian ini juga bersangkutan dengan
aseris-asersi keberadaan atau keterjadian dan hak dan kewajiaban.
·
Pengujian
Rincian Saldo
Pengujian substantif dalam kategori
ini akan dijelaskan dalam lima bagian, yaitu: (1) review anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga, (2) review otorisasi dan ketentuan-ketentuan penerbitan saham,
(3) konfirmasi tentang saham yang beredar dengan registrar dan agen penjual,
(4) inspeksi buku sertifikat saham, (5) inspeksi atas saham yang dibeli
kembali.
·
Perbandingan
Penyajian Laporan Dengan GAAP
APB Opinion No. 12 menetapkan bahwa pengungkapan atas
perubahan dalam akun-akun terpisah yang terdiri dari ekuitas pemegang saham
disyaratkan untuk membuat laporan keuangan yang cukup informatif. Pengungkapan
tersebut dapat dibuka pada laporan dasar dan catatan yang menyertainya atau
disajikan dalam laporan terpisah.
JASA BERNILAI TAMBAH DALAM
SIKLUS INVESTASI DAN PEMBELANJAAN
Setelah menyelesaikan audit atas
aktivitas investasi, auditor dapat mengevaluasi investasi entitas dibandingkan
dengan perusahaan lain dalam industri yang sama. Auditor juga dapat memberikan
dua jasa bernilai tambah yang penting. Pertama, auditor dapat mengevaluasi
seberapa efektif entitas telah memanfaatkan aktivanya untuk menghasilkan
penjualan, laba, dan arus kas, serta mencapai tujuan entitas itu. Kedua,
auditor kemudian dapat memberikan jasa independen dengan mengevaluasi aktiva
investasi yang direncanakan dapat menjadi pendukung yang penting untuk mencapai
sasarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Jusup, Haryono, Auditing (pengauditan) Buku II, Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar