AKUNTANSI
KEPERILAKUAN
“Faktor-Faktor Keperilakuan pada
Penganggaran Modal”
Kelompok : 6
Made Puspita Christanti (1215351152)
Vazria Ulfa Liandini (1215351191)
Yoana Dharmawan (1215351196)
Luh Ariska Putri (1215351202)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
2015
7.1
FAKTOR-FAKTOR
KEPERILAKUAN
Manajer keuangan dan
akuntan manajemen terlibat secara mendalam pada penyusunan anggaran
operasional, baik dalam pengembangan anggaran maupun dalam pelaporan kinerja
setelahnya. Manajer keuangan dan akuntan manajemen juga terlibat dalam proses
penyusunan jenis lain dari anggaran, yaitu anggaran modal (capital budgeting). Karena keterlibatan ini, maka penting bagi
mereka untuk menyadari berbagai faktor, khususnya faktor-faktor keperi-lakuan,
yang sangat memengaruhi proses penganggaran modal dan pengambilan keputusan.
Ø Definisi Penyusunan Anggaran Modal
Penyusunan
anggaran modal dapat didefinisikan sebagai proses pengalokasian dana untuk
proyek atau pembelian jangka panjang. Keputusan penyusunan anggaran modal
dibuat ketika kebutuhan itu muncul dan melibatkan jumlah yang relatif besar,
komitmen dana jangka panjang, dan ketidakpastian yang disebabkan oleh
panjangnya waktu terlibat dan kesulitan dalam mengestimasikan variabel-variabel
pengambilan keputusan (jumlah arus kas, penentuan waktu, dan seterusnya).
Karena melibatkan jumlah
dana yang begitu besar, keputusan anggaran modal yang salah dapat mengakibatkan
kebangkrutan, masalah-masalah arus kas yang sulit, atau paling tidak, kegagalan
untuk mengoptimalkan operasi perusahaan. Akibatnya banyak perusahaan melakukan
pendekatan terhadap keputusan ini dengan serius dan terus menerus mencari cara
untuk memperbaiki proses penyusunan anggaran modal.
Ø Jenis dan Pentingnya Faktor-Faktor Keperilakuan
dari Penyusunan Anggaran Modal
Keseluruhan
proses identifikasi atas proyek potensial, estimasi arus kas untuk setiap
proyek, penggunaan teknik analisis, seleksi keputusan, dan kemudian penerapan
proyek tersebut melibatkan sejumlah pertimbangan keperilakuan atas
dampak-dampak yang luas. Identifikasi dan spesifikasi atas proyek potensial
memerlukan kerativitas dan kemampuan untuk mengubah ide yang bagus menjadi
suatu proyek yang praktis. Ketidakpastian yang melekat dalam data yang
menggambarkan suatu proyek (seperti mengestimasikan waktu dari arus kas atau
nilai sisa) tidak memungkinkan penerapan teknik seleksi untuk dapat sepenuhnya
objektif. Karena hasil dari teknik analisis harus diinterpretasikan dengan
hati-hati, maka kemampuan manusia untuk mempertimbangkan dan menilai adalah
faktor yang penting.
Ø Masalah dalam Mengidentifikasikan
Proyek Potensial
Orang-orang
yang terlibat dalam proses penganggaran harus memiliki kemampuan yang kreatif
dalam mencari dan mengamati susunan proyek modal yang potensial untuk
organisasi. Setelah diidentifikasi, mereka harus merinci secukupnya atau
mendefinisikan sehingga dapat dilakukan proses-proses pertimbangan. Tidak kalah
pentingnya penjelasan variabel keputusan, dimana pengambilan keputusan
berdasarkan adopsi proyek tidak seharusnya digunakan.
Ø Masalah Prediksi yang Disebabkan oleh
Perilaku Manusia
Memproyeksikan
kemulusan dan kesesuaian dari aktivitas individual maupun kelompok aktivitas
untuk suatu periode selama lima sampai dua puluh tahun adalah tindakan yang
berbahaya. Secara serupa, kemungkinan adanya keresahan tenaga kerja dan politik
yang terjadi dalam proyek modal yang melibatkan otomasi atau tugas-tugas
klerikal yang tidak memerlukan keterampilan sebaiknya dipertimbangkan dalam
memprediksikan data untuk seleksi proyek. Tingkat perputaran karyawan yang
potensial juga harus dipertimbangkan ketika mengembangkan estimasi yang akurat
dari biaya yang berkaitan dengan proyek tersebut.
Ø Masalah Manajer dan Ukuran Kinerja
Jangka Pendek
Aspek
keperilakuan lain dari prosedur seleksi proyek adalah bahwa metode peninjauan
kinerja adalah tidak konsisten dengan metode seleksi proyek. Penilaian dan
kompensasi kinerja cenderung bersifat jangka pendek, biasanya untuk tahun,
kuartal, atau bulan lalu. Dengan demikian fokus dari manajemen tingkat bawah
dan sampai tingkat tertentu, manajemen tingkat menengah tentu saja akan berupa kinerja
jangka pendek, yang sering kali diukur dengan tingkat pengembalian akuntansi.
Sedikit
sekali proyek yang akan dimulai dan diselesaikan oleh manajer yang sama karena
tingkat perputaran yang cukup besar (misalnya promosi, transfer, dan
seterusnya) yang terjadi dikebanyakan organisasi. Manajer cenderung untuk
memilih proyek-proyek yang mereka mulai oleh pendahulunya. Jika perputaran
manajer cukup cepat, maka tidak ada seorangpun yang dapat dianggap
bertanggungjawab untuk keberhasilan atau kegagalan dari proyek manapun.
Modal
akan terbuang percuma jika manajer baru secara periodik membuang proyek-proyek
dari manajer sebelumnya dan memulai proyek baru, hanya untuk diikuti oleh
manajemen baru lainnya yang meneruskan siklus tersebut.
Ø Masalah yang Disebabkan Identifikasi
Diri dengan Proyek
Dalam
beberapa kasus, manajer dapat bertahan dalam posisi mereka tanpa dipomosikan
atau ditransfer. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan jika manajer
mengidentifikasikan dirinya dengan proyek yang mereka pikirkan dan mereka
mulai. Karena proyek umumnya diidentifi-kasikan dengan orang tau divisi
tertentu, orang semacam itu cenderung untuk menjadi terlibat secara pribadi
dengan proyek-proyek masa lalu yang mereka pilih dan mungkin mencoba agar
proyek tersebut berhasil atau tampak berhasil setelah proyek tersebut didanai.
Ø Pengembangan Anggota dan Proyek Modal
Dalam
proses seleksi proyek, manajemen puncak harus mempertimbakan apakah proyek yang
diusulkan adalah baik untuk pengembangan dari si pengusul proyek tersebut pada
saat ini. Proyek tersebut mungkin terlalu besar bagi orang atau divisi tersebut
untuk diserap tanpa membuat mereka menjadi putus asa.
Dipihak
lain, manajemen puncak dapat mendorong divisi untuk terlibat dalam
proyek-proyek yang secara ekonomi tidak menarik, tetapi menawarkan manfaat
pelatihan karyawan yang potensial dimasa depan yang tidak dapat
dikuantifikasikan. Dengan demikian, suatu perusahaan dapat melaksanakan suatu
proyek yang melibatkan sedikit labat atau bahkan tidak sama sekali hanya untuk
manfaat pelatihan karyawan.pertimbangan karyawan mungkin saja melebihi nilai
sekarang bersih yang negatif dari proyek modal individual, terutama untuk
proyek-proyek yang lebih kecil.
Ø Penyusunan Anggaran Modal sebagai
Ritual
Beberapa
ilmuan keperilakuan menyarankan bahwa seluruh proses penyusunan anggaran modal
adalah sebuah ritual. Mereka menyarankan bahwa hanya sedikit proyek yang
diajukan oleh manajer tingkat bawah kecuali jika usulan tersebut memiliki
peluang yang bagus untuk disetujui. Ketika suatu proyek memperoleh persetujuan
awal pada tingkat organisasi lebih bawah, proyek tersebut biasanya harus
melalui serangkaian peninjauan dan persetujuan ke tingkat organisasi yang lebih
tinggi. ketika proses persetujuan atas pryek tersebut berjalan, proyek tersebut
telah menerima persetujuan pada beberapa tingkatan bawah, para pembuat
keputusan dan analisis ditingkat atas biasanya tidak mau menolaknya.
Dengan demikian, manajer
tingkat atas biasanya menolak suatu proyek hanya jika terdapat alasan yang
sangat kuat untuk melakukannya. Dan ketika proses persetujuan atas proyek
tersebut naik semakin tinggi dan hierarki, momentum tersebut terus tumbuh
sehingga keputusan akhir lebih menyerupai suatu anugerah dan bukannya keputusan
pemberian persetujuan yang rasional.
Ø Perilaku Mencari Risiko dan
Menghindari Risiko
Kondisi
tertentu dari tingkat penghindaran risiko oleh pengambilan keputusan dalam
penyusunan anggaran modal akan mempengaruhi bagaimana orang tersebut akan
bereaksi terhadap proyek. Berdasarkan kelompk data yang sama, dua pengambilan
keputusan yang berbeda kemungkinan besar akan membuat keputusan yang berlawanan
bergantung pada perasaan mereka terhadap risiko.
Ø Membagi Kemiskinan
Fenomena
“membagi kemiskinan” seringkali memiliki dampak yang penting dalam proses
penyusunan anggaran modal. Hal ini terjadi ketika tersedia lebih nanyak proyek
anggaran modal yang potensial lebih menguntungkan dibandingkan dengan dana yang
tersedia untuk mendanainya, suatu kondisi yang disebut dengan rasionalisasi
modal.
7.2
TAMPILAN
RASIONAL
Faktor manusia sangat
terlibat dalam proses penyusunan anggaran modal, telah ditunjukan bahwa proyek
modal marginal kadang kala diimplementasikan untuk menyediakan suatu mekanisme
guna melatih karyawan manajemen. Penyusunan anggaran modal juga dapat menjadi
ritual dan dengan demikian gagal untuk memanfaatkan teknik pengambilan
keputusan yang rasional. Telah dicatat bahwa penerimaan atau penolakan terhadap
suatu proyek modal dapat bergantung pada tingkat penghindaran risiko dari
pribadi si pengambil keputusan. Perilaku mencari risiko atau menghindari risiko
juga dapat mempengaruhi proses tersebut dan sebaiknya dipantau. Akhirnya,
dicatat bahwa tekanan politik dapat sangat mempengaruhi keputusan penyusunan
anggaran modal.
Kesimpulannya, seseorang
dapat mengatakan bahwa proses penyusunan anggaran memiliki tampak muka
rasionalitas, terutama ketika model matematis yang rumit digunakan. Model
matematis tersebut memberikan atmosfer kepastian, logika, dan ilmu pengetahuan.
7.3
SARAN-SARAN
PERBAIKAN
Apa yang dapat dilakukan
untuk mengurangi efek samping dari faktor perilaku manusia pada proses
penganggaran modal? Pertama, adalah penting bahwa mereka yang terlibat
dalam penyusunan anggaran modal menyadari faktor-faktor keperilakuan yang
melekat pada proses tersebut. Dimana mungkin, faktor-faktor ini sebaiknya tidak
diperbolehkan untuk mengaburkan data keputusan yang relevan dan yang bersifat
lebih rasional. Lebih lanjut lagi, disarankan agar audit pasca-implementasi
dilakukan terhadap proyek-proyek anggaran modal. Audit pasca-implementasi yang
disarankan disini sebaiknya dilakukan sebelum akhir dari masa proyek modal
tersebut dan sebaiknya mempertimbangkan kondisi-kondisi yang berubah. Karena
audit pasca-implementasi dapat dilakukan dari waktu ke waktu dan objektif
kineja ditentukan secara periodik, maka adalah mungkin untuk menetapkan
ukuran-ukuran kinerja jangka pendek untuk proyek modal yang konsisten dengan
kinerja jangka panjang dari proyek tersebut.
Kesimpulannya, disarankan
bahwa mereka yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran modal dan dalam
manajemen proyek modal sebaiknya paling tidak menyadari akan faktor-faktor
keperilakuan yang terlibat. Paling tidak, mereka sebaiknya mengambil
langkah-langkah aktif untuk memastikan bahwa faktor-faktor keperilakuan dari penyusunan
anggaran modal tidak menghasilkan keputusan yang suboptimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar