Jumat, 15 Mei 2015

Faktor-Faktor Keperilakuan pada Penganggaran Modal

AKUNTANSI KEPERILAKUAN
“Faktor-Faktor Keperilakuan pada Penganggaran Modal”




Kelompok : 6
Made Puspita Christanti (1215351152)
Vazria Ulfa Liandini       (1215351191)
Yoana Dharmawan         (1215351196)
Luh Ariska Putri             (1215351202)










Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
2015


7.1    FAKTOR-FAKTOR KEPERILAKUAN
Manajer keuangan dan akuntan manajemen terlibat secara mendalam pada penyusunan anggaran operasional, baik dalam pengembangan anggaran maupun dalam pelaporan kinerja setelahnya. Manajer keuangan dan akuntan manajemen juga terlibat dalam proses penyusunan jenis lain dari anggaran, yaitu anggaran modal (capital budgeting). Karena keterlibatan ini, maka penting bagi mereka untuk menyadari berbagai faktor, khususnya faktor-faktor keperi-lakuan, yang sangat memengaruhi proses penganggaran modal dan pengambilan keputusan.

Ø Definisi Penyusunan Anggaran Modal
Penyusunan anggaran modal dapat didefinisikan sebagai proses pengalokasian dana untuk proyek atau pembelian jangka panjang. Keputusan penyusunan anggaran modal dibuat ketika kebutuhan itu muncul dan melibatkan jumlah yang relatif besar, komitmen dana jangka panjang, dan ketidakpastian yang disebabkan oleh panjangnya waktu terlibat dan kesulitan dalam mengestimasikan variabel-variabel pengambilan keputusan (jumlah arus kas, penentuan waktu, dan seterusnya).
Karena melibatkan jumlah dana yang begitu besar, keputusan anggaran modal yang salah dapat mengakibatkan kebangkrutan, masalah-masalah arus kas yang sulit, atau paling tidak, kegagalan untuk mengoptimalkan operasi perusahaan. Akibatnya banyak perusahaan melakukan pendekatan terhadap keputusan ini dengan serius dan terus menerus mencari cara untuk memperbaiki proses penyusunan anggaran modal.

Ø Jenis dan Pentingnya Faktor-Faktor Keperilakuan dari Penyusunan Anggaran Modal
Keseluruhan proses identifikasi atas proyek potensial, estimasi arus kas untuk setiap proyek, penggunaan teknik analisis, seleksi keputusan, dan kemudian penerapan proyek tersebut melibatkan sejumlah pertimbangan keperilakuan atas dampak-dampak yang luas. Identifikasi dan spesifikasi atas proyek potensial memerlukan kerativitas dan kemampuan untuk mengubah ide yang bagus menjadi suatu proyek yang praktis. Ketidakpastian yang melekat dalam data yang menggambarkan suatu proyek (seperti mengestimasikan waktu dari arus kas atau nilai sisa) tidak memungkinkan penerapan teknik seleksi untuk dapat sepenuhnya objektif. Karena hasil dari teknik analisis harus diinterpretasikan dengan hati-hati, maka kemampuan manusia untuk mempertimbangkan dan menilai adalah faktor yang penting.

Ø Masalah dalam Mengidentifikasikan Proyek Potensial
Orang-orang yang terlibat dalam proses penganggaran harus memiliki kemampuan yang kreatif dalam mencari dan mengamati susunan proyek modal yang potensial untuk organisasi. Setelah diidentifikasi, mereka harus merinci secukupnya atau mendefinisikan sehingga dapat dilakukan proses-proses pertimbangan. Tidak kalah pentingnya penjelasan variabel keputusan, dimana pengambilan keputusan berdasarkan adopsi proyek tidak seharusnya digunakan.

Ø Masalah Prediksi yang Disebabkan oleh Perilaku Manusia
Memproyeksikan kemulusan dan kesesuaian dari aktivitas individual maupun kelompok aktivitas untuk suatu periode selama lima sampai dua puluh tahun adalah tindakan yang berbahaya. Secara serupa, kemungkinan adanya keresahan tenaga kerja dan politik yang terjadi dalam proyek modal yang melibatkan otomasi atau tugas-tugas klerikal yang tidak memerlukan keterampilan sebaiknya dipertimbangkan dalam memprediksikan data untuk seleksi proyek. Tingkat perputaran karyawan yang potensial juga harus dipertimbangkan ketika mengembangkan estimasi yang akurat dari biaya yang berkaitan dengan proyek tersebut.

Ø Masalah Manajer dan Ukuran Kinerja Jangka Pendek
Aspek keperilakuan lain dari prosedur seleksi proyek adalah bahwa metode peninjauan kinerja adalah tidak konsisten dengan metode seleksi proyek. Penilaian dan kompensasi kinerja cenderung bersifat jangka pendek, biasanya untuk tahun, kuartal, atau bulan lalu. Dengan demikian fokus dari manajemen tingkat bawah dan sampai tingkat tertentu, manajemen tingkat menengah tentu saja akan berupa kinerja jangka pendek, yang sering kali diukur dengan tingkat pengembalian akuntansi.
Sedikit sekali proyek yang akan dimulai dan diselesaikan oleh manajer yang sama karena tingkat perputaran yang cukup besar (misalnya promosi, transfer, dan seterusnya) yang terjadi dikebanyakan organisasi. Manajer cenderung untuk memilih proyek-proyek yang mereka mulai oleh pendahulunya. Jika perputaran manajer cukup cepat, maka tidak ada seorangpun yang dapat dianggap bertanggungjawab untuk keberhasilan atau kegagalan dari proyek manapun.
Modal akan terbuang percuma jika manajer baru secara periodik membuang proyek-proyek dari manajer sebelumnya dan memulai proyek baru, hanya untuk diikuti oleh manajemen baru lainnya yang meneruskan siklus tersebut.

Ø Masalah yang Disebabkan Identifikasi Diri dengan Proyek
Dalam beberapa kasus, manajer dapat bertahan dalam posisi mereka tanpa dipomosikan atau ditransfer. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan jika manajer mengidentifikasikan dirinya dengan proyek yang mereka pikirkan dan mereka mulai. Karena proyek umumnya diidentifi-kasikan dengan orang tau divisi tertentu, orang semacam itu cenderung untuk menjadi terlibat secara pribadi dengan proyek-proyek masa lalu yang mereka pilih dan mungkin mencoba agar proyek tersebut berhasil atau tampak berhasil setelah proyek tersebut didanai.

Ø Pengembangan Anggota dan Proyek Modal
Dalam proses seleksi proyek, manajemen puncak harus mempertimbakan apakah proyek yang diusulkan adalah baik untuk pengembangan dari si pengusul proyek tersebut pada saat ini. Proyek tersebut mungkin terlalu besar bagi orang atau divisi tersebut untuk diserap tanpa membuat mereka menjadi putus asa.
Dipihak lain, manajemen puncak dapat mendorong divisi untuk terlibat dalam proyek-proyek yang secara ekonomi tidak menarik, tetapi menawarkan manfaat pelatihan karyawan yang potensial dimasa depan yang tidak dapat dikuantifikasikan. Dengan demikian, suatu perusahaan dapat melaksanakan suatu proyek yang melibatkan sedikit labat atau bahkan tidak sama sekali hanya untuk manfaat pelatihan karyawan.pertimbangan karyawan mungkin saja melebihi nilai sekarang bersih yang negatif dari proyek modal individual, terutama untuk proyek-proyek yang lebih kecil.

Ø Penyusunan Anggaran Modal sebagai Ritual
Beberapa ilmuan keperilakuan menyarankan bahwa seluruh proses penyusunan anggaran modal adalah sebuah ritual. Mereka menyarankan bahwa hanya sedikit proyek yang diajukan oleh manajer tingkat bawah kecuali jika usulan tersebut memiliki peluang yang bagus untuk disetujui. Ketika suatu proyek memperoleh persetujuan awal pada tingkat organisasi lebih bawah, proyek tersebut biasanya harus melalui serangkaian peninjauan dan persetujuan ke tingkat organisasi yang lebih tinggi. ketika proses persetujuan atas pryek tersebut berjalan, proyek tersebut telah menerima persetujuan pada beberapa tingkatan bawah, para pembuat keputusan dan analisis ditingkat atas biasanya tidak mau menolaknya.
Dengan demikian, manajer tingkat atas biasanya menolak suatu proyek hanya jika terdapat alasan yang sangat kuat untuk melakukannya. Dan ketika proses persetujuan atas proyek tersebut naik semakin tinggi dan hierarki, momentum tersebut terus tumbuh sehingga keputusan akhir lebih menyerupai suatu anugerah dan bukannya keputusan pemberian persetujuan yang rasional.

Ø Perilaku Mencari Risiko dan Menghindari Risiko
Kondisi tertentu dari tingkat penghindaran risiko oleh pengambilan keputusan dalam penyusunan anggaran modal akan mempengaruhi bagaimana orang tersebut akan bereaksi terhadap proyek. Berdasarkan kelompk data yang sama, dua pengambilan keputusan yang berbeda kemungkinan besar akan membuat keputusan yang berlawanan bergantung pada perasaan mereka terhadap risiko.

Ø Membagi Kemiskinan
Fenomena “membagi kemiskinan” seringkali memiliki dampak yang penting dalam proses penyusunan anggaran modal. Hal ini terjadi ketika tersedia lebih nanyak proyek anggaran modal yang potensial lebih menguntungkan dibandingkan dengan dana yang tersedia untuk mendanainya, suatu kondisi yang disebut dengan rasionalisasi modal.

7.2    TAMPILAN RASIONAL
Faktor manusia sangat terlibat dalam proses penyusunan anggaran modal, telah ditunjukan bahwa proyek modal marginal kadang kala diimplementasikan untuk menyediakan suatu mekanisme guna melatih karyawan manajemen. Penyusunan anggaran modal juga dapat menjadi ritual dan dengan demikian gagal untuk memanfaatkan teknik pengambilan keputusan yang rasional. Telah dicatat bahwa penerimaan atau penolakan terhadap suatu proyek modal dapat bergantung pada tingkat penghindaran risiko dari pribadi si pengambil keputusan. Perilaku mencari risiko atau menghindari risiko juga dapat mempengaruhi proses tersebut dan sebaiknya dipantau. Akhirnya, dicatat bahwa tekanan politik dapat sangat mempengaruhi keputusan penyusunan anggaran modal.
Kesimpulannya, seseorang dapat mengatakan bahwa proses penyusunan anggaran memiliki tampak muka rasionalitas, terutama ketika model matematis yang rumit digunakan. Model matematis tersebut memberikan atmosfer kepastian, logika, dan ilmu pengetahuan.

7.3    SARAN-SARAN PERBAIKAN
Apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek samping dari faktor perilaku manusia pada proses penganggaran modal? Pertama, adalah penting bahwa mereka yang terlibat dalam penyusunan anggaran modal menyadari faktor-faktor keperilakuan yang melekat pada proses tersebut. Dimana mungkin, faktor-faktor ini sebaiknya tidak diperbolehkan untuk mengaburkan data keputusan yang relevan dan yang bersifat lebih rasional. Lebih lanjut lagi, disarankan agar audit pasca-implementasi dilakukan terhadap proyek-proyek anggaran modal. Audit pasca-implementasi yang disarankan disini sebaiknya dilakukan sebelum akhir dari masa proyek modal tersebut dan sebaiknya mempertimbangkan kondisi-kondisi yang berubah. Karena audit pasca-implementasi dapat dilakukan dari waktu ke waktu dan objektif kineja ditentukan secara periodik, maka adalah mungkin untuk menetapkan ukuran-ukuran kinerja jangka pendek untuk proyek modal yang konsisten dengan kinerja jangka panjang dari proyek tersebut.
Kesimpulannya, disarankan bahwa mereka yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran modal dan dalam manajemen proyek modal sebaiknya paling tidak menyadari akan faktor-faktor keperilakuan yang terlibat. Paling tidak, mereka sebaiknya mengambil langkah-langkah aktif untuk memastikan bahwa faktor-faktor keperilakuan dari penyusunan anggaran modal tidak menghasilkan keputusan yang suboptimal.



DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar